KARYA SASTRA YANG MENGGUNCANG DUNIA
Nama J.D. Salinger, John Lennon, dan Mark Chapman sering disebut-sebut dalam satu kalimat. Itu karena psikopat Mark Chapman mengaku, novel sastra” The Catcher in the Rye” karya J.D. Salinger mempengaruhi hidupnya sehingga dia merasa harus menghabisi nyawa musisi legendaris itu pada 1980. Tetapi, sesungguhnya, apakah karya-karya Salinger itu memang demikian mempengaruhi jiwa? Mengapa sastrawan itu memilih hidup dalam kesunyian? Dan kenapa pula dia menyimpan beberapa novelnya di perpustakaan Universitas Princeton untuk dipublikasikan 70 tahun lagi? Tempo menyusuri karya dan hidupnya yang penuh enigma.
***
Kota New York,
8 Desember 1980, pukul 22.49.
Limusin hitam itu meluncur tepat di depan Apartemen Dakota. John Lennon dan Yoko Ono berjalan menuju pintu gerbang seusai sebuah sesi rekaman di studio rekaman Plant. Dari jalanan di muka apartemen, Mark David Chapman melepas buah peluru dari pistol revolver ke tubuh penyanyi legendaris itu. (more…)
MAN OF STEEL
KEMBALINYA KAL EL, CLARK KENT DAN SI MANUSIA BAJA
Sutradara : Zack Snyder
Skenario : David S. Goyer
Berdasarkan karakter dari DC Comics Superman dan film-film Superman
Pemain : Henry Cavill, Amy Adams, Russel Crowe, Kevin Costner, Diane Lane, Laurence Fishburne
***
Dia melesat ke langit. Sekejap. Sekelebat.
Dan dia menghilang begitu saja seolah menyatu dengan planet lain, untuk kembali lagi ke bumi jika dia dibutuhkan.
Itulah yang dia janjikan Kal-El (Henry Caville) kepada Jendral Swanwick (Harry Lennix) , “saya akan membantu Bumi ini, ketika saya dibutuhkan.” Setelah mengucapkan satu kalimat yang meyakinkan, tubuh tinggi besar yang hanya terdiri dari otot dan baja itu melesat kembali ke langit, meninggalkan debu yang menyembur ke wajah Jendral. (more…)
The Great Gatsby
GATSBY DI ANTARA FITZGERALD DAN LUHRMANN
Sutradara : Baz Luhrmann
Skenario : Baz Luhrmann dan Craig Pearce
Berdasarkan novel karya F.Scott Fitzgerald
Pemain : Leonardo DiCaprio, Tobey Maguire, Carey Mulligan, Joel Edgerton, Isla Fisher
Itu semua terjadi pada musim panas tahun 1922.
Nick Carraway, sang narator film ini, memperkenalkan dunia Long Island, New York sebagai sebuah periode di mana “gedung-gedung jauh mencapai ke langit, pesta-pesta jauh lebih besar dan megah, alkohol yang jauh lebih murah dan moral merosot ke titik dasar.” Akibatnya, menurut Carraway , “ kegelisahan menular kemana-mana dan mencapai titik histeria.”
Di mata Carraway (Tobey Maguire), dunia saat itu hanya terbagi antara East Egg dan West Egg. Nun di East Egg , adalah tempat menetapnya para keluarga penggenggam dunia, yang mewariskan kekayaan tak habis-habisnya hingga akhir zaman; yang di dalam darahnya mengalir kemanjaan, kemunafikan dan kekejian yang tak tertandingkan. Mereka adalah orang-orang kaya lama yang merasa bisa melampaui kekuatan hukum dan tak mengenal moral. Di sanalah hidup seorang nyonya sosialita Daisy Buchanan (Carey Mulligan), isteri Tom Buchanan, seorang putera dari keluarga old money yang duitnya tak habis tujuh turunan.
(more…)
A Separation
KEMBALI PADA KEKUATAN BERCERITA
Dengan teknik bercerita yang sederhana, sutradara Iran Asghar Farhadi menyajikan ledakan yang dahsyat dalam film ini. Berhasil meraup penghargaan di Academy Awards, Golden Globe, Berlinale.
Sutradara : Asghar Farhadi
Skenario : Asghar Farhadi
Pemain : Leila Hatami, Peyman Moaadi, Shahab Hosseini, Sareh Bayat, Sarina Farhadi
Di suatu hari di Teheran. Pasangan itu menatap kamera, menatap kita. Sang isteri menyatakan alasannya untuk bercerai: dia mendapat tawaran bekerja di luar Iran, tetapi sang suaminya tak bersedia ikut. Sang suami menjawab, dengan nada enggan, bahwa dia tak bisa mengikuti isterinya karena harus mengurus ayahnya yang sudah tua renta dan menderia alzheimer. Perceraian tidak dikabulkan karena menurut hakim—yang hanya muncul suara belaka—tidak bisa terjadi jika tak disepakati kedua belah pihak.
Dari adegan ini, kita mengikuti mata dan hati sutradara Asghar Faradi yang sebetulnya tidak bercerita tentang (upaya) perceraian belaka, tetapi lebih dalam lagi ia menyajikan berlapis-lapis persoalan yang justru terjadi karena perkawinan mereka yang berstatus tak jelas (itulah sebabnya judul asli film ini dalam bahasa Parsi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah The Separation of Nader from Simin). Perpisahan, bukan perceraian. (more…)
Java Heat
KETIKA HOLLYWOOD MENYENTUH YOGYAKARTA
Ada tokoh Sultan gondrong berdandan gotik. Ada puteri raja berkonde menjulang seperti gulali. Lalu ada serangkaian bom dan aktor Mickey Rourke.
Sutradara : Conor Allyn
Skenario : Rob Allyn
Pemain : Mickey Rourke, Kellan Lutz, Ario Bayu, Atiqah Hasiholan, Tio Pakusadewo, Rio Dewanto
Produksi : Margate House Film
Bom. Candi. Terorisme. FBI. CIA. Amerika Serikat.
Semua kosakata ini menjanjikan sebuah petualangan yang seru, yang menggelegar dan sudah pasti berbau Hollywood. Tetapi setelah 30 menit pertama, melihat ada seorang lelaki asing bernama Jake Travers (Kellan Lutz) yang mengaku sebagai seorang ilmuwan dari Universitas Cornell dengan gaya tengil, pertanyaan yang muncul di benak penonton tentu saja sama dengan pertanyaan Komandan Detasemen 88 Hashim (Ario Bayu), siapa yang percaya lelaki dengan tubuh sebesar pohon ini adalah seorang ilmuwan? Cornell? Kasihan betul Indonesianis kita Prof.Ben Anderson jika punya kolega seperti ini.
Lalu muncul tokoh Sultana (Atiqah Hasiholan), seorang puteri Jawa yang sanggulnya bertingkat-tingkat seperti es campur yang disiram sirup. Lalu ada lagi seorang Sultan (Rudy Wowor) yang berambut gondrong dan mengenakan celak mata. Sementara si Sultan mengenakan celana pantalon biasa, tokoh Perdana Menteri yang senantiasa mengenakan blangkon dan baju adat Jawa yang lengkap.
Baiklah. (more…)
Zero Dark Thirty
Sebuah terminologi militer yang menjadi judul film ini adalah kisah perburuan Osama Bin laden, termasuk serangkaian penyiksaan yang melahirkan protes dan kemarahan.
Sutradara : Kathryn Bigelow
Skenario : Mark Boal
Pemain : Jessica Chastain, Jason Clarke, Joel Edgerton, Jennifer Ehle , Mark Strong, Kyle Chandler, Edgar Ramirez, James Gandolfini,
“Ada dua macam narasi tentang lokasi Osama bin Laden,” kata agen CIA Maya (Jessica Chastain) di hadapan tim Navy Seals yang ditugaskan dalam misi rahasia memburu Osama Bin Laden. Menurut Maya, narasi pertama adalah: pimpinan Al-Qaeda itu bersembunyi di gua-gua nun di daerah pelosok Pakistan yang dipagari oleh para pendekarnya yang sigap dan militan. Narasi kedua adalah, bukan hanya teori, tetapi fakta yang dia yakini, “Bin Laden berdiam di sebuah kompleks rumah di Abbottabad, mengoperasikan jaringan teroris dia yang berskala dunia.”
Ini diucapkan seorang agen perempuan bertubuh kecil, berambut merah panjang, bermulut mercon dan bermata penuh dengan keyakinan. Maya, ini nama samaran, karena agen CIA sesungguhnya yang dijadikan model oleh sutradara Kathryn Bigelow kini masih bekerja dalam samaran. (more…)
The Hunger Games
SEBATANG ANAK PANAH, SEHELAI NYAWA DAN KATNISS
Duapuluh empat remaja dikumpulkan di tengah hutan untuk bertarung saling membunuh. Yang terakhir bertahan keluar sebagai pemenang.
Sutradara : Gary Ross
Skenario : Suzanne Collins dan Billy Ray
Berdasarkan novel karya Suzanne Collins
Pemain : Jennifer Lawrence, Josh Hutcherson, Woody Harrelson, Donald Sutherland, Wes Bentley, Liam Hemsworth, Stanley Tucci, Elizabeth Banks
Nun di Amerika Utara pasca-apokaliptik , hidup sebagai penduduk Panem adalah sebuah mimpi buruk. Bukit gersang, hutan yang kehabisan nafas, sisa-sisa binatang yang diam-diam diburu adalah cara mereka bertahan hidup. Kehidupan penduduk di12 distrik itu ada dalam genggaman President Coriolanus Snow (Donald Sutherland) dan para pejabat tinggi di Capitol. Akibat pemberontakan yang dilakukan Distrik 13 di masa lalu, maka tiap tahun ke 12 distrik lainnya dihukum dengan kewajiban menyerahkan sepasang remaja lelaki dan perempuan untuk menjadi peserta sebuah lomba keji yang disebut The Hunger Games. Ke 24 remaja berusia 12 hingga18 tahun itu kelak dikumpulkan, ditranspor ke kota, dijamu dan didandani berkilap-kilap sembari segala tingkah lakunya disaksikan seluruh penjuru dunia seperti sebuah reality-show. Mereka lantas dilepas ke hutan dengan bekal seadanya dan dibiarkan mencoba bertahan, berebut bekal dan obat-obatan, saling melukai dan membunuh . Yang terakhir bertahan akan keluar sebagai pemenang. (more…)
Lincoln
Sebuah film yang lebih menekankan adegan perdebatan, perkelahian verbal di dalam rumahtangga dan di arena politik Amerika Serikat. Daniel Day-Lewis pantas mendapatkan gelar Aktor Terbaik
Sutradara : Steven Spielberg
Skenario : Tony Kushner
based on the book Team of Rivals: The Political Genius of Abraham Lincoln oleh Doris Kearns Goodwin
<
Pemain : Daniel Day-Lewis, Sally Field, David Strathairn, Joseph Gordon-Levitt, James Spader, Hal Holbrook, Tommy Lee Jones, John Hawkes
Produksi : Steven Spielberg dan Kathleen Kennedy
“Kita tak akan bisa menyebut diri manusia jika kita tak menyembuhkan diri dari penyakit bernama perbudakan!”
Presiden Abraham Lincoln (Daniel Day-Lewis) menggebrak meja. Lelaki berwajah cekung, berusia 56 tahun, Presiden Amerika Serikat ke 16 yang lembut, bersuara parau dan selalu tenang dan menghadapi hujatan lawannya dengan senyum bijak, akhirnya muntab. Di hadapan kawan-kawannya yang sebagian mulai ragu dan sesekali patah semangat dengan perjuangan meloloskan Amandemen 13 Thirteenth Amandment to the United States Constitution atau Amandemen 13 yang berisi pemberantasan perbudakan, Lincoln akhirnya kehilangan kesabaran. (more…)
“Pulang”, Sebuah Novel
JALAN SABANG, JAKARTA APRIL 1968
Malam sudah turun,tanpa gerutu dan tanpa siasat.
Seperti jala hitam yang mengepung Jakarta; seperti tinta yang ditumpahkan seekor cumi raksasa ke seluruh permukaan Jakarta. Seperti juga warna masa depan yang tak bisa kuraba.
Di dalam kamar gelap ini, aku tak mengenal matahari, bulan atau arloji. Tetapi kegelapan yang mengepung ruangan ini penuh dengan aroma bahan kimia dan rasa cemas.
Sudah tiga tahun kantor berita Nusantara, tempatku bekerja, dibersihkan dari debu seperti kami. Tentara adalah disinfektan. Kami, kutu dan debu yang harus dibersihkan dari muka bumi. Tanpa bekas. Kini sang kuru mencari nafkah di Tjahaja Foto di pojok Jalan Sabang.
Aku menyalakan lampu merah untuk mengecek beberapa film yang tengah digantung. Mungkin ini sudah jam enam, karena aku bisa mendengar sayup suara adzan Magrib yang menyelip melalui kisi pintu. Aku membayangkan suasana sepanjang jalan Sabang, suara bemo yang cerewet, opelet yang bergerak dengan malas, derit becak dan kelenengan sepeda yang simpang siur menyeberang serta penjual roti yang menyerukan dagangannya. Aku yakin di tengah mengulek kacang tanah lalu mencampurnya dengan kecap manis dan irisan bawang merah.Dan aku masih ingat betapa sahabatku, Dimas Suryo, akan mempelajari dan membahas bumbu kacang tanah Pak Heri dengan intens, sama seperti dia membicarakan bait-bait puisi Rivai Apin.
TASBIH
Leila S. Chudori
***
Di dalam s.e.r.u.n.i
kutelusuri diriMu.
SETIAP kali melalui rumah itu, Nadira selalu membentangkan sebuah skenario baru dalam benaknya. Mungkin rumah itu milik seorang pengusaha; atau seorang pengacara yang gemar membela mafia. Atau seorang pejabat pemerintah yang rajin korupsi. Yang pasti, rumah itu bukan milik seseorang yang rendah hati. Pemilik rumah ini begitu bersemangat memperlihatkan seluruh harta bendanya dan kekuatannya.
Rumah itu terletak di sebuah pojok di kawasan Bintaro. Setiap kali Nadira baru saja mengunjungi rumah ayahnya di Bintaro pada akhir pekan, ia sengaja melalui rumah besar ini. Biasanya, Nadira meminta supir taksi yang ditumpanginya berhenti sejenak. Lima menit, atau 10 menit. Bahkan dia mempersilahkan sang supir merokok, sementara Nadira membuka jendela kaca taksi yang ditumpanginya, dan menatap rumah besar dan mewah itu.
Rumah itu menonjol sendirian di antara rumah-rumah Bintaro yang memiliki format yang mirip antara satu dengan yang lain. Rumah-rumah di kompleks Bintaro lazimnya lebih seperti deretan kotak korek api yang tak memiliki kepribadian. Rumah ini berdiri dengan angkuh di atas luas tanah yang tak terbayangkan; bertingkat empat itu disangga oleh tiang-tiang yang tinggi seolah ingin menggapai langit. Inilah perangai sang rumah: megah, besar, dan mampu melahap manusia. Lalu, lihatlah motor-motor besar yang terlihat galak itu, yang berpose di halaman depan dan bukan di dalam garasi yang sangat luas?
Yang paling menarik mata Nadira adalah patung lelaki besar yang menyerupai sosok Napoleon itu. Wajah patung nampaknya digantikan oleh wajah empunya rumah: muka lelaki Jawa berusia sekitar 50-an dan berkumis tipis.
Di sekeliling patung Napoleon dari Jawa itu, Nadira melihat dua patung cupid yang mendampinginya. Selain itu– nah, ini adegan yang paling disukai Nadira—tujuh patung perempuan yang tengah menatap kagum kepada Napoleon. Nadira seolah bisa mendengar bisikan salah satu patung perempuan yang meminta Tuan Besar Napoleon untuk menyemprotkan kasih cintanya barang setetes. Nadira sengaja tak ingin bertanya pada pemilik warung rokok dipojok jalanan tentang identitas pemilik rumah ini. Ia lebih suka bermain-main dengan imajinasinya.
Setelah upacara mingguan itu selesai, Nadira kembali ke realita, ke atas taksi yang menantinya, lalu berangkat mengarungi lautan kemacetan Jakarta. (more…)