DARI SEBUAH JENDELA
Film ketiga Nurman Hakim yang berkisah tentang sebuah keluarga yang muram. Sejauh ini, film Indonesia terbaik tahun ini.
Sutradara : Nurman Hakim
Skenario : Nan T.Achnas dan Nurman Hakim
Pemain : Titi Rajo Bintang, Landung Simatupang, Haydar Salizh, Yoga Pratama, Eka Nusa Pertiwi, Karlina Ekawati
Produksi : Triximages dan Dash Pictures
Sebuah jendela di sebuah desa yang tak bernama.
Melalui jendela itu, Dewi seolah menjenguk dan bisa meraih dunia baru, dunia asing yang setiap hari dirapalnya: Amerika, Australia, Argentina, Bahamas, Belgia, Bhutan….
Dunia asing itu disaksikannya melalui jendela rumah orang-tuanya di desa terpencil yang sudah lama tak disentuhnya. Bekerja di kota bertahun-tahun sebagai seorang periset sebuah perusahaan, Dewi (Titi Rajo Bintang) menghindar rumah kampung halamannya dengan segala isinya karena ia tak ingin bertemu dengan bapaknya (Landung Simatupang).
Tetapi pada akhirnya dia terpaksa kembali ketika sang Ibu mengirim sebuah surat berisi berita koran lokal yang mengejutkan: kakaknya, seorang difabel, hamil entah oleh siapa. Sang Ibu berkata pada wartawan bahwa kehamilan itu adalah sebuah mukjizat. (more…)
CINTA DAN RANGGA SETELAH 14 TAHUN
Film sekuel yang sudah lama dinantikan penggemarnya akan tayang pekan ini. Seperti apakah Rangga dan Cinta yang sudah dewasa?
Sutradara : Riri Riza
Skenario : Mira Lesmana dan Prima Rusdi
Pemain : Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Titi Kamal, Adinia Wirasti, Sissy Precilia, Dennis Adhiswara
Produksi : Miles Films dan Legacy Pictures
Buku skenario karya Sjumanjaya berjudul “Aku”, puisi Chairil Anwar, foto-foto yang yang mengirim masa lalu yang masih saja bergaung hingga kini dan terakhir: surat itu. Surat yang kemudian membuat Cinta bertanya-tanya begitu lama. Setelah sekian lama, akhirnya Cinta (Dian Sastrowardoyo), membungkus Rangga dengan segala kenangannya ke dalam sebuah kotak dan setelah berkali-kali ragu, ia membuangnya ke dalam keranjang sampah.
Tapi itu tidak selesai. Rangga (Nicholas Saputra) muncul kembali dalam hidupnya. Kehidupan Cinta yang sementara ini sudah “tenang” terguncang kembali. Hubungannya bersama Rangga di masa lalu yang bertaut karena puisi, kini menjadi seperti menuliskan larik-larik puisinya sendiri. Seolah, seperti kata kawan-kawan Cinta—semesta seperti berkongsi untuk membuat pertemuan yang begitu mendadak di tepi keputusan besar Cinta untuk sebuah masa depan.
Sebentar dulu. Bukankah tak mungkin dalam waktu yang begitu lama gadis seperti Cinta dan pemuda seperti Rangga (cantik, ganteng, atraktif , cerdas dan seterusnya) tak memilikki pendamping lain? Apakah Rangga sudah menikah, atau apakah Cinta sudah terikat? (more…)