RESEP KUE BULAN GARIN NUGROHO


Garin  Nugroho membuat film (lagi) tahun ini setelah “Setan Jawa” dan “Nyai”. Kali ini dia mencoba pada kisah realis yang sederhana dan resep konvensional.

***

THE MOONCAKE STORY

9999--MOONCAKE

Sutradara         : Garin Nugroho

Skenario          : Garin Nugroho

Pemain            : Morgan Oey, Bunga Citra Lestari, Dominique Yose, Dedy Sutomo, Melati Zein, Jaja Miharja

Produksi          : Tahir Foundation dan MVP

Pada usia karir yang mencapai 35 tahun, Garin Nugroho malah semakin subur . Tahun 2017, ia menelurkan film “Setan Jawa” yang membuat heboh jagat film karena bentuknya yang dianggap baru dalam perfilman Indonesia: sebuah film bisu dengan musik yang dimainkan live dari orchestra gamelan. Di tahun ini juga ia menyuradarai film “Nyai”  sebuah film panjang dengan konsep teater dan direkam dengan satu shot.  Film The Mooncake Story” adalah karya Garin yang ketiga tahun ini.

Untuk film ini,  Garin memilih bercerita  dengan konvensional, sesuatu yang jarang dia sentuh kecuali saat dia mencoba membuktikan diri bahwa dia sebetulnya bisa bercerita dengan fasih dalam film “Rindu Kami Padamu” (2004). “Rindu…..” adalah film Garin yang sederhana, mengambil lokasi di sebuah pasar dan bercerita tentang warga kampung yang berupaya memiliki kubah sebuah masjid. Semua tokoh begitu realistik, tampil begitu pas, Bagi saya, “Rindu Kami Padamu” adalah film Garin yang sangat saya sukai di luar “Daun di atas Bantal” (1998) dan Opera Jawa (2006).

Film The Mooncake Story  nampaknya berupaya bercerita dengan sederhana. Seorang pengusaha muda yang masih berkabung atas kematian isterinya, David (Morgan Oey) bertemu dengan seorang joki 3 in 1, ibu tunggal Asih (Bunga Citra Lestari) pada saat sebuah razia. Terpaku melihat ibu muda dengan anak lelakinya yang bekerja mencari tambahan nafkah, David mencari-cari Asih ke kampungnya.

Kampung itu, sebagaimana pinggir Jakarta, punya warga yang terdiri dari berbagai tokoh dan karakter yang unik. Selain Asih dan puteranya dan adik perempuannya, ada si badut, ada si preman, ada si pak RT dan seterusnya. Pembagian berbagai karakter ini tetap mengingatkan kita pada Rindu Kami Padamu, bahkan aktor Jaja Miharja yang bermain dalam kedua film ini. Jika dalam film “Rindu…”  berbagai ragam karakter itu membentuk cerita yang kuat, solid, hingga menghasilkan sebuah pengalaman batin yang mengharukan bagi penonton maka para tokoh dalam kampung ini terasa seperti tempelan dari kisah utama tokoh David, si pengusaha keturunan Tionghoa yang selalu merindukan kue bulan buatan sang Ibu.

David yang dibesarkan oleh seorang ibu yang senang membuat kue bulan itu berhasil membangun dan membesarkan perusahaannya. Itulah sebabnya sosok Asih menarik perhatiannya. Selain kemandiriannya mengingatkan David pada ibunya, dia juga tahu bagaimana hidup sebagai orangtua tunggal seperti Asih sangat tidak mudah. Karena itu, David memutuskan memberi resep kue bulan milik ibunya sembari mengatakan bahwa kue bulan buatan sang ibu adalah yang terbaik karena dibuat dengan rasa cinta dan resep yang tepat. Sebetulnya premis persahabatan David dengan Asih serta anak lelakinya sangat menarik jika Garin dan timnya bisa fokus pada kisah tersebut. Namun datanglah berbagai subplot, ada adik Asih, Sekar (Melati Zein) yang pacaran dengan si badut; ada preman yang main tusuk. Belum lagi aktor Jaja Miharja sebagai ketua RT yang berfungsi sebagai elemen komedi di tengah kisah sedih David yang menderita Alzheimer di usia semuda itu. Ini belum ditambah dengan keluarga David yang digambarkan dingin dan sukar tersenyum (sederetan nama-nama seperti Dominque Yose, Richard Oh). Dan Dedy Sutomo sebagai supir tampil sebagai si bijaksana.

Sebagai kumpulan subplot di antara plot utama, kisah ini tidak terjalin dengan rapi (untuk tidak mengatakannya berantakan). Garin yang nampak mencapai puncak baru dalam film Setan Jawa—filmnya yang nyaris tanpa kritik—seolah tak bisa berkonsentrasi atau kehilangan daya sama sekali dalam film ini. Editing juga tak rapi. Ada beberapa lubang plot , misalnya: apa kabar dengan kasus pembunuhan di tengah kampung yang disaksikan adik Asih itu? Kok setelah peristiwa itu dia nampak santai-santai saja tanpa trauma apapun? Lalu soal resep kue bulan dan pentingnya kue itu kok hilang menguap di tengah dan akhir cerita tenggelam oleh soal Alzheimer dan seterusnya? Jika judulnya Kue Bulan atau Mooncake yang berhubungan dengan sejarah keluarga David, mengapa film diawali dan diakhiri oleh tokoh Asih?

Film ini mempunyai cerita yang sungguh tak rapi .Berbeda dengan film-film Garin lainnya yang lazimnya nyeleneh dan tidak linier, film ini tak rapi karena editing di sana-sini yang seolah tak lagi peduli logika. Dengan penampilan pemain-pemain yang sebetulnya menarik –Morgan Oey dan Bunga Citra Lestari tampil mengharukan– sayang sekali film ini menjadi seperti kue bulan yang dibuat dengan resep yang salah dan tanpa rasa cinta.

Leila S.Chudori